Hari ini, saya baru menyadari istilah yang sering dibilang banyak orang yang sedang jatuh cinta, belajar mencintai dan dicintai. Selama ini heeh heeh aja. Tapi hari ini, saya belajar hal baru, belajar dicintai.
Mungkin aneh ya, seumur hidup pasti kita dicintai orang tua, sahabat-sahabat, pacar, orang-orang di sekeliling kita. Tadi waktu ngobrol sama abang, saya bilang, "Dicintai itu nggak mudah, makanya belajar". Dia tertawa dan bilang, "Lo pacaran 3 taun baru sekarang bilang 'gitu".
Saya jadi terpekur.
Iya, selama ini saya belajar mencintai. Tapi belum belajar dicintai.
Saya belajar mencintai orang tua saya, bahwa dengan segala ketidaksempurnaan mereka, darah merekalah yang mengalir di tubuh saya. Dengan tangan mereka saya menjadi seperti sekarang.
Saya belajar mencintai sahabat-sahabat saya, dengan segala sifat mereka, dengan segala keajaiban tingkah laku mereka, dengan segala perbedaan kami.
Saya belajar mencintai pacar saya, dengan segala jalan pikirannya yang membuat saya geleng kepala, kekerasan hatinya yang sekarang membuat saya tersenyum, dengan segala sisinya yang tidak pernah diketahui orang lain, dengan segala rasa cinta saya yang membuat saya memaksa hati saya untuk menjadi lebih luas, lebih lebar, lebih dalam, untuk bisa menampung semua rasa saya untuknya.
Lihat, baru saja saya menulis betapa saya belajar mencintai. Sebesar itu.
Tapi saya tidak pernah belajar dicintai.
Bahwa dicintai juga menghasilkan konsekwensi, bahwa dicintai juga memerlukan komitmen, bahwa dicintai juga tidak mudah.
Sahabat yang hari ini sedang berbunga-bunga dengan kencannya, membuat saya semakin menyadari, saya harus belajar dicintai.
Karena ternyata tidak mudah, membiarkan orang lain ada di dalam, membiarkannya diam, membiarkannya melihat, membiarkannya tumbuh.
Tapi saya mau belajar dicintai. Sungguh.
Jumat, 05 Juni 2009
Rabu, 03 Juni 2009
the missing link
Enggak, ini bukan the missing link yang itu, teorinya siapa tuh, yang katanya ada rantai yang hilang dr manusia sama monyet.
Bukaaannn.. saya nggak seilmiah itu, hehehehe..
Ini the missing link dari hidup saya. Yup. Have you ever felt that??
Saya punya teman, namanya ^matahari^, sepupunya sahabat saya. Dia punya diary sejak SD dan selalu menyempatkan diri menulis setiap pagi.
Saya jadi ingat, saya juga punya kebiasaan itu, sejak saya SD juga, tapi tangan-tangan yang tidak kelihatan memaksa saya memacu kaki mungil saya (beneran mungil, nggak boong, size 33, kalo ada yang ngado sepatu jangan sungkan ^^) terus bergerak mengejar mimpi. Tidak ada lagi sejenak untuk duduk, menyeruput teh hangat, berpiyama flanel atau sekedar berkaus oblong kebesaran, duduk sambil merenung, tersenyum sendiri, mengkerutkan kening, dan menulis. Sampai SMA saya masih rajin menulis, paling tidak dalam seminggu pasti ada dua atau tiga kali menulis. Kuliah semakin jarang. Sekarang apa lagi. Hmmhhh..
Saya rindu ritual itu. Ritual yang dulu dianggap suci. Ngumpet-ngumpet nulisnya, cerita cinta monyet. Ada kunci sama gemboknya, kuncinya dibawa ke sekolah biar mama nggak baca. Padahal tinggal ditarik doang tu gembok juga lepas, hahahahahaa..
Tidak ada yang terlupa, semua tertulis di sana.
Makin besar, ceritanya semakin seru. Ada persahabatan, ada berantem sama papa, ada cinta terlarang, pokoknya seru! Sinetron dubbing di Indosiar, yang ada naga terbangnya tapi rumahnya rumah gedong dan ada mobil plat B (keponakan teman saya sampai bertanya itu sebenarnya bersetting kerajaan apa kok ada naga terbang tapi ada mobil berplat nomor B) pastinya kalah seru!
Sampai suatu malam, sedang telepon dengan pacar, meruntut hari-hari kemarin yang tak bisa kami lewatkan bersama, saya lupa! Yak sodara-sodara!! Saya lupa apa yang saya lakukan kemarin lusa, minggu lalu, bulan lalu, saya lupaaa!!!!! Apalagi ketika pacar bertanya, bulan lalu film apa yang kami tonton, saya cuma bisa bilang lupa. Kalau sipacarsayayangodong itu memang selalu lupa, jadi jangan dibandingkan. Tapi ini saya, saya yang selalu menyisakan waktu untuk merenung hari sebelum tidur, saya yang detail dan perencana, saya yang harus serba teratur, tapi saya lupa.
Setelah menutup telepon, saya ingat sama teman saya ^matahari^. Beruntungnya ia, tak ada yang terlupa. Saya rindu ritual menulis itu.
Ada bagian yang hilang dari rantai hidup saya.
Saya tidak mau menjadi budak tangan-tangan tak terlihat.
Saya tidak mau menjadi robot yang melintasi hari sekedar hari.
Saya mau belajar di sekolah besar kehidupan, saya mau terus naik kelas, saya mau menjalaninya bukan sekedar bernapas.
Saya ingin mulai menulis lagi.
Sebagai pengingat, bahwa saya ada kemarin.
Sebagai pengingat, saya sudah belajar.
'Makasih ^matahari^, sudah membangkitkan kerinduan saya untuk menjadi manusia seutuhnya, bukan boneka berjalan.
Bukaaannn.. saya nggak seilmiah itu, hehehehe..
Ini the missing link dari hidup saya. Yup. Have you ever felt that??
Saya punya teman, namanya ^matahari^, sepupunya sahabat saya. Dia punya diary sejak SD dan selalu menyempatkan diri menulis setiap pagi.
Saya jadi ingat, saya juga punya kebiasaan itu, sejak saya SD juga, tapi tangan-tangan yang tidak kelihatan memaksa saya memacu kaki mungil saya (beneran mungil, nggak boong, size 33, kalo ada yang ngado sepatu jangan sungkan ^^) terus bergerak mengejar mimpi. Tidak ada lagi sejenak untuk duduk, menyeruput teh hangat, berpiyama flanel atau sekedar berkaus oblong kebesaran, duduk sambil merenung, tersenyum sendiri, mengkerutkan kening, dan menulis. Sampai SMA saya masih rajin menulis, paling tidak dalam seminggu pasti ada dua atau tiga kali menulis. Kuliah semakin jarang. Sekarang apa lagi. Hmmhhh..
Saya rindu ritual itu. Ritual yang dulu dianggap suci. Ngumpet-ngumpet nulisnya, cerita cinta monyet. Ada kunci sama gemboknya, kuncinya dibawa ke sekolah biar mama nggak baca. Padahal tinggal ditarik doang tu gembok juga lepas, hahahahahaa..
Tidak ada yang terlupa, semua tertulis di sana.
Makin besar, ceritanya semakin seru. Ada persahabatan, ada berantem sama papa, ada cinta terlarang, pokoknya seru! Sinetron dubbing di Indosiar, yang ada naga terbangnya tapi rumahnya rumah gedong dan ada mobil plat B (keponakan teman saya sampai bertanya itu sebenarnya bersetting kerajaan apa kok ada naga terbang tapi ada mobil berplat nomor B) pastinya kalah seru!
Sampai suatu malam, sedang telepon dengan pacar, meruntut hari-hari kemarin yang tak bisa kami lewatkan bersama, saya lupa! Yak sodara-sodara!! Saya lupa apa yang saya lakukan kemarin lusa, minggu lalu, bulan lalu, saya lupaaa!!!!! Apalagi ketika pacar bertanya, bulan lalu film apa yang kami tonton, saya cuma bisa bilang lupa. Kalau sipacarsayayangodong itu memang selalu lupa, jadi jangan dibandingkan. Tapi ini saya, saya yang selalu menyisakan waktu untuk merenung hari sebelum tidur, saya yang detail dan perencana, saya yang harus serba teratur, tapi saya lupa.
Setelah menutup telepon, saya ingat sama teman saya ^matahari^. Beruntungnya ia, tak ada yang terlupa. Saya rindu ritual menulis itu.
Ada bagian yang hilang dari rantai hidup saya.
Saya tidak mau menjadi budak tangan-tangan tak terlihat.
Saya tidak mau menjadi robot yang melintasi hari sekedar hari.
Saya mau belajar di sekolah besar kehidupan, saya mau terus naik kelas, saya mau menjalaninya bukan sekedar bernapas.
Saya ingin mulai menulis lagi.
Sebagai pengingat, bahwa saya ada kemarin.
Sebagai pengingat, saya sudah belajar.
'Makasih ^matahari^, sudah membangkitkan kerinduan saya untuk menjadi manusia seutuhnya, bukan boneka berjalan.
Langganan:
Komentar (Atom)