Minggu, 22 Februari 2009

waktu hujan sore-sore

Waktu hujan sore-sore, kita duduk di sudut sebuah cafe. Bicara tentang hidup, bicara tentang hari, bicara tentang kita. Waktu hujan sore-sore, kita tertawa sepuasnya, tak peduli tatapan sirik orang-orang di sekeliling kita, tak peduli pelayan cafe ingin mengusir rasanya, tak peduli dingin Bandung yang menusuk, atau bahkan kabut mulai menyelimuti. Kita bercanda, kita tertawa kita berteriak-teriak, kita berpelukan seperti tak ada lagi esok hari. Kita saling mencela, kita saling meledek, tapi kita saling mencinta. Waktu hujan sore-sore, kita belajar menghargai apa yang kita punya, yakni 5 jam yang membuat hidup kita kaya. Waktu hujan sore-sore, kita menikmati dunia, kita mengucap syukur pada Yang Empunya dengan cara yang kita bisa. Kita berkhayal seolah dunia milik kita, kita bermimpi seakan kita pemenangnya. Ya, aku pemenangnya, karena aku punya kalian.
Terimakasih para sahabat, untuk waktu hujan sore-sore yang kita bagi bersama. Semuanya terekam dalam ingatan, tersimpan dalam hati, bekalku kala dunia terasa berat, sebagai obat yang mengingatkanku bahwa aku tak sendiri.

*tiya huey, omo, ica, tha, bray, carien, acus, emma, stendjoz, i love you all..

Minggu, 15 Februari 2009

nano-nano

Yes, dear..
Rasanya kayak nano-nano, ada manis, asam, asin, ramai rasanya!
Here's the summary :
  1. Aku ngomong sama si abang sayang apa, yang aku rasain. Bodooohhhhhh...!!! Mau ditaro dimana mukaku nanti kalo ketemu.. :( Kira-kira apa yang akan terjadi ya..??
  2. Kasuistik 3 berantakan, nggak selesai core-nya nggak ketemu, sakit perut bulanan, lengkap lah sudah penderitaan.
  3. Sidang konseling dan kasuistik di depan mata, aku nggak tahu harus nyiapin apa selain mental untuk dibantai sama senyum memelas.
  4. Aku tahu apa artinya sahabat, karena aku punya mereka. Gita, Tiya, Sabtu malam waktu kita bertiga nangis sambil berpelukan di taman kampus Jatinangor tercinta tak akan pernah terlupakan seumur hidup, ever.. Kalian yang membuat hidup ini bermakna. Izinkan aku mengekstraknya dalam pikiran dan jiwa. --> Cerita lengkap menyusul :)
Ciao..

Kamis, 12 Februari 2009

gara-gara eskrim

Saya lagi makan eskrim. Vanila. Best of the best. Mungkin berlebihan, tapi filosofinya sederhana lho. Saya pernah denger, tapi lupa dari mana. Hidup itu kayak eskrim. Asem kayak strawberry, seru kayak tutifrutti, pahit kayak cokelat, atau memabukkan kayak rumraisin. Tapi saya pasti kembali ke vanila, yang dimanapun sama rasanya. Vanila itu aman, vanila itu nyaman, vanila itu kayak pulang ke rumah.
Ingat dua postingan saya terakhir?
Saya dapat tawaran tutifruti, lepas dari itu bercandaan
as always atau 'serius karena pantas' (entah apa maksudnya, saya tak mau lagi bertanya). Tutifrutti memang menyenangkan ya. Warna-warni pastel yang nge-blend dengan manisnya. Belum lagi rasanya, lengkap, ada asem dan manis yang pas, dingin eskrim yang menyatu dengan segarnya rasa. Pengalaman yang kaya hanya dengan satu suap eskrim dingin rasa tutifrutti.
Tapi, bagaimana kalau saya lelah?
Bagaimana kalau semua kekayaan rasa itu membuat saya bosan karena terlalu ramai?
Bagaimana kalau saya ingin kembali pada cinta sejati saya, vanila?
Hari ini saya memutuskan, saya tak ingin tutifrutti selamanya.
Saya ingin tutifrutti kalau cuaca sedang panas-panasnya.
Saya ingin vanila, selalu pas kapan saja.
Saya ingin vanila yang sederhana, tanpa
toping apa-apa.
Saya tak ingin tas seharga puluhan juta atau gaun karya perancang ternama.
Saya tak ingin hanya diam di rumah, mengurus anak, lalu mengahabiskan uang suami.
Saya tak ingin
mall setiap hari.
Saya mau ke pasar bersama, sambil bergandeng tangan.
Saya ingin ke supermarket biasa sambil berdebat mau sambel merk apa.
Saya ingin masak buat suami dan anak saya.
Saya ingin kerja, karena saya sudah melewati kuliah yang tidak mudah.
Saya ingin pulang ke rumah yang hangat, sederhana, mungil, tapi itu lah rumah yang kita bangun bersama, tempat kita bertumbuh, tempat kita menangis dan tertawa.
Saya ingin selalu bisa pulang ke rumah..
Hai kamu yang menawarkanku tutifrutti, sudah siapkah jika aku ingin vanila???
Karena aku sudah memutuskan, aku suka vanila.

*sialll...kamu membuat kesukaanku makan eskrim menjadi sesi perenungan :D

Selasa, 10 Februari 2009

ada juga yang berubah..

Saya pikir semuanya akan kembali seperti biasa. Saya pikir hanya keterkejutan sesaat dan lalu menghilang. Tapi ternyata menata hati memang tidak semudah itu. Saya nggak berani telfon secuek biasa, kalau minta ditemenin bikin tugas malem-malem dan mata mulai sayup. Saya nggak berani SMS padahal lagi ada lagu "Pernah Muda"-nya BCL, lagu wajib saya untuk SMS dia, cuma menyanyikan sebaris kalimatnya. Ada apa ini?
Saya mulai mencari, apa yang terjadi. Saya mulai menilik ke dalam hati, ada apa di sana.
Waktu, boleh kembali sebentar ke sore itu? Biar saya nikmati debaran jantung saya tanpa sibuk berpikir. Biar saya endapkan dulu rasanya tanpa bertanya. Karena tiba-tiba saya ingin mengenangnya, meski itu hanya perbincangan as always yang mungkin tanpa makna.
Mungkin besok, lusa, minggu depan, bulan depan, semuanya akan kembali seperti biasa. Karena dia selalu ada. Seperti biasanya. Tapi biar sore itu, as always yang biasanya itu, ingin saya kenang, ingin saya simpan, dan setiap saya recall, saya akan tersenyum manis sambil memejamkan mata. Berharap mendengar suaranya.

Minggu, 08 Februari 2009

as always..

Hari ini saya makan siang dengan seorang sahabat, abang tersayang, yang kalau baca ini mungkin akan senyum-senyum nggak jelas, dengan lesung pipit andalannya :D (hehehe :D i know you, dear..)
Hari ini saya rencanakan akan jadi makan siang yang menyenangkan, as always, bersamanya selalu menyenangkan. Diawali berkeliling mencari tempat makan karena tempat makan favoritnya penuh. Dan kami makan siang di tempat makan sunda, pinggir jalan, ruame buanget. Berhubung laper, kami nggak banyak ngobrol, sibuk makan ayam bakar, perkedel, pepes, tahu tempe, plus sambel super dan lalaban, hmmm yummyyy.. Paling ngobrol sedikir soal ramenya tempat itu, soal jaga malemnya nanti malem (dia BUKAN hansip! sekali lagi dy BUKAN hansip..tapi kalo dia sambil nyambi ya saya nggak tau juga ya.. :D).
Trussss setelah muter-muter nggak jelas dan terjebak macet, kami memutuskan makan eskrim di tempat yang pernah dia rekomendasiin buat saya, dan janji ngajak saya ke sana, tapi baru kesampean sekarang.
Tempatnya lumayan menyenangkan, sepi, cuma menunya rada aneh dan membingungkan..heheheheee..
Dimulailah pembicaraan kami.
Pertama, masalah keluarga..
Nyambung ke...soal rencana spesialisasi yang akan ditekuninya..
Itu bahan bercandaan kami, as always, bersamanya saya bisa membicarakan apa saja. Tapi hari itu ada yang sedikit berbeda, lancarnya dia bicara bercanda, soal 4 tahun ke depan, bali, spesialis anestesi, s2 saya yang harusnya udah selesai, bisa cari kerja di bali, sampe dia selesai.
Hahahahahahahahahahahahahaaa..
As always,
bersamanya, bercanda seperti itu selalu menyenangkan.
Tapi ternyata tak berhenti juga bicara itu..
Bahkan sampai eskrim sudah mencair, sampai duduk lagi di mobil, melanjutkan pembicaraan itu. As always, masih menyenangkan, meski jantung saya mulai berdetak tidak karuan. Sampai akhirnya saya nggak tahan. Saya pastikan, ini bercanda atau serius??? Dan jawabannya masih ambigu.. Saya sempet turun sebentar di tempat fotokopian untuk mengkopi bahan ujian minggu depan. Jantung saya tidak berhenti bedegup, kepala saya tidak berhenti berputar. Suaranya tidak berhenti terngiang di telinga saya, bali, tahun depan, 4 tahun ke depan, kerja, lalu ngurus anak. Termasuk tawarannya, plus catatannya, "kalo kamu nggak jadi sama abangmu".
Sampai malam ini, semuanya masih berputar di kepala saya.
Apa itu tawaran masa depan?
Tahun depan saya 25, saya tahan seperti apa pun tak akan bisa. Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa itu suatu pilihan.
Apa saya harus dewasa mulai sekarang? Berarti berpikir serius, tentang hidup saya, tentang pekerjaan, termasuk menikah, berumahtangga, berarti mutlak, pasangan hidup saya. Dia bukan orang baru, dia selalu menjadi bagian hidup saya dengan caranya, yang terkadang tidak pernah saya mengerti, atau bahkan saya sadari, tapi dia ada, as always..
Begitu banyak yang saya maknakan "as always.." dengannya, tapi dengan pembicaraan "bercanda" yang kami lakukan tadi siang, apa "as always.." tentangnya masih akan berlaku? Saya takut perubahan, meskipun para filsuf berkata, satu-satunya hal yang pasti, adalah ketidakpastian itu sendiri. Hidup itu dinamis, tapi perubahan itu menetap.
Sampai sekarang, semuanya masih berputar dalam kepala saya.
Seandainya saya bisa bilang padanya, saya sayang dia apa adanya, kegilaannya, senandung-senandungnya, ceritanya, waham-wahamnya, bahkan kemanjaannya. Mungkin itu satu-satunya yang tidak akan pernah berubah.
Sayang saya padanya,
as always..